KLIK
KLIK

Ada Uang 50 Ribu-ku di Film Ketika Mas Gagah Pergi

"Bunda, Bunda Helvy!"

Saya menoleh.

Seorang remaja malu-malu setengah berlari, mendekati saya di antara kerumunan orang, siang itu di salah satu tempat di pelosok Jawa Barat. Saya baru saja selesai mengisi ceramah tentang pemuda dan kegiatan menulis di sana. Panitia tengah berusaha "mengamankan" saya untuk istirahat makan dan sholat.

"Boleh saya titip ini?" tanyanya masih malu-malu, sambil mengejar langkah saya.

Saya berhenti melangkah, mengernyitkan kening, tersenyum.

"Saya mau titip uang untuk bikin film Ketika Mas Gagah Pergi. Uangnya sangat sedikit...," remaja berperawakan kurus, berkulit hitam dan berambut ikal itu menunduk sambil garuk-garuk kepala. "Saya teh tidak punya rekening bank, Bunda. Jadi tidak bisa transfer. Tapi saya sangat ingin nonton KMGP. Tolong atuh diterima ya, Bunda."

"Siapa namamu?" tanya saya.

"Abdul, Bunda."

"Masih sekolah?"

Ia diam. Tangannya menyodorkan uang paling lusuh yang pernah saya lihat. Beberapa lembar sepuluh ribuan. "Tolong diterima bunda. Ini dari saya."

Ragu saya terima uang itu. Saya ucapkan terimakasih. Ia tertawa gembira seraya mencoba menyembunyikan sandal jepit lusuh dan lengan bajunya yang sobek dari pandangan mata saya.

"Saya teh baca buku KMGP waktu awal SMP, minjam punya teman. Harus difilmkan, Bunda. Itu bisa jadi inspirasi bunda buat anak-anak muda," katanya dengan logat Sunda yang kental. "Gara-gara KMGP itu Abah, saya dan adik saya teh jadi orang yang lebih baik...."

"Oh ya? Alhamdulillah.... Eh, kamu masih sekolah?" Tanya saya lagi. "Sekarang kelas berapa?"

Ia menggeleng. "Harusnya sudah kelas III SMA. Tapi kerja dulu, biar adik bisa sekolah. Nah adik saya teh mirip sama Gita," ia antusias menyebut nama tokoh utama di buku KMGP. "Sekarang dia SMA kelas I pakai kerudung, Bunda...."

"Kamu kerja dimana?"

Ia melirik ke sekitar yang mulai sepi. "Dekat rumah. Ngangkutin sampah, Bunda. Ikut Abah. Sambil nukang atau bangunan juga."

DEG.

Saya lirik 5 lembar uang 10 ribuan di tangan saya. Ah, haru menyergap. Harusnya saya yang memberi anak muda ini uang, bukan dia!

"Kamu tak perlu repot. Kamu doakan saja supaya filmnya cepat tayang dan bagus," tangan saya menyodorkan uang itu kembali ke tangannya.

Wajah Abdul mengeras. "Tidak bunda. Itu teh sudah saya niatkan sejak lama. Tolong diterima, Bunda. Tolong. Saat filmnya jadi nanti saya ingin ikut bahagia karena ada uang 50 ribu saya di film Ketika Mas Gagah Pergi. Tolong atuh, Bunda. Ini mah sungguh tidak seberapa. Jangan lihat jumlahnya...."

Saya terdiam sesaat. "Abdul ini bukan soal jumlah. Kamu tidak perlu...."

"Semoga nanti banyak yang ingin lihat film ini," potongnya. "Semoga nanti banyak yang patungan. Saya teh dengar mau difilmkannya KMGP sudah lama tapi belum terus yah. Semoga Allah mudahkan ya, Bunda...."

Saya ingin menjawabnya lagi tapi suara saya tersekat di kerongkongan. Uang 50 ribu itu pasti sangat berharga buat Abdul.

Tetiba, di depan saya belasan remaja berjilbab, berpakaian SMA, datang dengan riang, meminta tanda tangan saya di buku Ketika Mas Gagah Pergi, cetakan 27 yang berwarna ungu. Lalu belasan yang lain datang lagi.

"Eh biar Bunda Helvy sholat dan makan dulu!" suara panitia.

Saya melihat ke sekeliling. Ramai.

Tapi ...di mana Abdul?

"Abdul!" panggil saya. "Abdul!" Saya melongok ke berbagai arah. Sosok Abdul tak tampak lagi.

Para remaja di sekitar saya saling berpandangan.

"Dek itu yang tadi ngomong sama saya, yang laki-laki siapa? Rumahnya dimana?" tanya saya pada panitia.

Panitia menggeleng. "Tidak tahu bunda, Tidak kenal. Tidak pernah lihat. Mungkin datang dari desa lain...."

"Bunda, ayo kita foto. Selfie ya, Bun!" suara seorang remaja diteriaki teman-teman lainnya yang ingin ikutan. Beberapa yang lain terus menyodorkan buku KMGP.

Saya mencoba tersenyum, tapi yang ada kecamuk haru. Lalu sebuah suara yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya, "Tolong diterima, Bunda. Tolong. Saat filmnya jadi nanti, saya ingin ikut bahagia, karena ada uang 50 ribu saya di film Ketika Mas Gagah Pergi."

Air mata saya jatuh setetes di antara buku-buku KMGP yang saya tandatangani, diiringi derai tawa para remaja di sekitar saya.

Dimana pun kamu, Abdul, terimakasih. Semoga Allah selalu menjagamu, memurahkan rizkimu, serta meneguhkan tiap langkahmu sebagai pemuda yang dirindukan langit dan bumi. Aamiin. Insha Allah kita akan segera bikin film ini! Kita akan bikin, Abdul! Kita akan bikin!

(Helvy TianaRosa)
------------------------------------
#‎crowdfunding‬ film ‪#‎ketikamasgagahpergi‬ ‪#‎KMGP‬ diinisiasi oleh para Sahabat Mas Gagah (twitter @sahabatmasgagah) dan masih terus dibuka. Kamu bisa berpartisipasi semampu kamu. Kebayang nggak saat film ini tayang nanti uang Rp 20rb, Rp.50rb,100rb perak atau lebih dari kamu telah turut wujudkan film ini.   Rekening: Mandiri cab. Depok 1570087778883 dan BNI Syariah 0259296140 cabang Margonda, keduanya atas nama Lingkar Pena. Konfirmasi sms: nama, jumlah donasi, donasi ke bank mana, via sms ke 08121056956. Info lebih lanjut www.masgagah.com.  Terimakasih

verified by aki awan
Langsung dari mba helvy


--- 0 ---

0 Response to "Ada Uang 50 Ribu-ku di Film Ketika Mas Gagah Pergi"

Posting Komentar